Gunawan Tri Atmojo /1/ Perempuan Muda dan Lelaki Tua Seperti biasa, sore itu ruang praktik Dokter Jolubo dipenuhi pasien. Dokter Jolubo adalah dokter umum yang memiliki tingkat kecocokan tinggi terhadap para pasiennya. Dia telaten dan teliti sehingga banyak pasien yang seharusnya berobat ke dokter spesialis memilih berkonsultasi kepadanya. Dua belas pasien antre di ruang tunggu itu. Jumlah itu pas dengan kursi yang tersedia. Jika ada tambahan pasien maka ia harus menunggu di luar ruangan. Di sudut tenggara ruangan itu seorang lelaki tua dan perempuan muda duduk bersisihan menunggu giliran diperiksa. “Dapat nomor antrean berapa Dik?” “Tiga. Kalau Bapak nomor berapa?” “Sembilan. Berarti sebentar lagi giliranmu. Antre dari pukul berapa Dik? “Tadi saya ambil nomor antreannya pagi Pak. Kalau tidak begitu bisa kelamaan antrenya.” “Harusnya saya juga begitu. Sakit apa Dik?” “Gusi berdarah Pak. Sudah seminggu tak sembuh-sembuh.” Mendengar jawaban itu, si lelaki tergelak lalu terbatuk-batuk. Semakin berusaha ia tahan tawanya semakin gencar batuk melandanya. “Masak hanya karena sariawan Adik periksa ke dokter dan dibelain ambil antrean dari pagi?” Terdengar nada meledek dalam pertanyaan lelaki itu yang kembali disusul dengan serentetan batuk tepat di sisi wajah si perempuan yang tampak mulai sebal dengan lelaki di sebelahnya. “Gusi berdarah itu beda dengan sariawan Pak. Ini juga sudah saya obati sendiri tapi tidak sembuh-sembuh dan mengganggu kerja saya sebagai penyiar radio.” “Betul Dik. Aku juga mendengar pengaruhnya. Setiap kata yang kamu ucapkan seakan diakhiri huruf s’. Kamu seperti mendesis-desis.” Lelaki itu kembali terbahak dan dengan serta merta batuk menyerangnya. Cara bercanda itu sama sekali tak terdengar lucu bagi perempuan itu. “Mampus kau dihajar batuk. Ayo teruslah menggonggong Pak Tua,” batin perempuan itu seraya tetap berusaha menjaga kesopanan. Akan tetapi, lelaki itu tampaknya memang sengaja dikirim untuk menambah ujian kesabarannya sebagai orang sakit. “Adik kan cuma sakit gusi berdarah, maukah bertukar nomor antrean dengan saya?” Permintaan lelaki itu lagi-lagi terdengar sangat melecehkan penyakitnya. “Memangnya ada yang salah jika sakit gusi berdarah berobat ke dokter?” batinnya. Barangkali dia akan mempertimbangkan permintaannya jika lelaki itu lebih sopan, lagipula dia sudah berjuang antre dari pagi, maka dia memutuskan untuk menolaknya. “ Maaf Pak, saya tidak bisa. Saya ada siaran setelah ini.” Ada nada kepuasan dalam jawaban itu yang membuat batuk si lelaki membadai dan disertai dahak, yang menjadikan perempuan itu merasa agak bersalah dan memerlukan basa-basi tambahan untuk menetralisirnya. “Kalau Bapak sakit apa?” Lelaki itu menjawabnya dengan disela batuk. “Te…be…ce…. TBC Dik.” Perempuan itu tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Dia tahu pasti bahwa TBC itu penyakit yang ditularkan lewat kontak langsung dengan penderitanya. Dan lelaki itu sudah batuk-batuk sekitar setengah jam di dekatnya. Sudah berapa banyak mikrobakteri yang terhirup olehnya? Dengan gemetar, dia bergegas meninggalkan lelaki yang masih sibuk dengan batuknya itu. Dia mendekat ke ruang periksa meski nomor antreannya belum dipanggil. Tiba-tiba gusi berdarahnya tak lagi terasa sakit, tetapi kini dia justru dicemaskan oleh kemungkinan serangan penyakit lain yang jauh lebih ganas. /2/ Cakar Ayam Suatu ketika dalam pacaran kami yang membahagiakan, aku dan isteriku pernah saling mengajukan lelucon mengenai cakar ayam. Aku yang memulai lelucon itu dengan pertanyaan singkat. “Menurutmu, bagi ayam, cakarnya itu kaki atau tangan?” “Kaki, karena ia digunakan untuk berjalan.” “Salah. Cakar itu adalah tangan ayam. Lihatlah ketika ayam itu gatal, maka dia akan menggaruk dengan cakarnya, mana ada menggaruk itu menggunakan kaki? Manusia juga mencakar menggunakan tangan, bukan kaki.” “Betul juga, bahkan ketika memegang makanan yang bentuknya agak besar atau memanjang, ayam akan menggenggamnya dengan cakar. Biasanya cakar yang digunakan juga sebelah kanan. Benar-benar ayam yang sopan dan mengerti tatakrama. Kamu pernah tahu ada ayam yang kidal?” Aku tergelak mendengar jawabannya ini. Dia memang lebih lucu dibandingkan aku dan itu salah satu alasanku jatuh cinta kepadanya. “Dengan itu pula berarti ayam adalah binatang yang paling atraktif. Dia layak memimpin sirkus karena konsisten berjalan dengan tangannya. Kini giliranmu bercerita.” Dia hanya tersenyum mendengar leluconku barusan, terdiam sejenak lalu memulai leluconnya. “Dahulu nenekku yang sudah lama dirawat di rumah sakit dan akhirnya diizinkan pulang ingin menyuapiku. Waktu itu umurku lima tahun. Aku tak tahu penyakit apa yang diderita nenek tapi aku diperintahkan untuk menjauhinya. Saat itu nenek bersikeras menyuapiku dan berkata kepada ibuku, yang juga adalah anaknya, bahwa dia telah sembuh.” Dia menghentikan ceritanya dan menghela napas. Aku menunggu dan mengira bahwa ini akan jadi cerita sedih yang berlawanan dengan kesepakatan awal kami. “Akhirnya ibuku memperbolehkan nenek menyuapiku. Kami pun ke teras. Nenek duduk di kursi membawa mangkuk nasi beserta lauknya sedangkan aku makan sambil bermain-main. Aku menghampiri nenek begitu makanan di mulutku habis tertelan. Pada suapan ke sekian aku merasakan sesuatu yang nikmat yang tak kudapati pada suapan sebelumnya. Setelahnya aku bergegas menemui nenek. Nek, cakar ayamnya enak, aku mau lagi.’ Cakar ayam? Laukmu hanya sayur bayam dan telur dadar, Nduk.’ Nenek tampak kebingungan. Demikian juga aku. Setelah kuamati ada yang aneh dari jari nenek yang memegang sendok. Aku menunjukkan keanehan itu dan kemudian nenek mengamati jemarinya. Kami sama-sama kaget, jari tangan itu tinggal empat. Satu kelingkingnya telah hilang. Jauh hari setelahnya aku baru tahu bahwa nanek menderita lepra. Tapi tak apa, aku tetap sehat dan jari kelingking nenek waktu itu juga terasa lezat.” Dia mengakhiri ceritanya dengan elegan sedangkan aku terpingkal-pingkal. Aku tahu bahwa tak baik menertawakan orang sakit tapi yang diceritakannya saat itu memang benar-benar lucu. /3/ Membaca atau Bercinta “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” Pertanyaan itu diajukan kekasihku karena cinta kami memang diwarnai buku. Tempat kencan favorit kami adalah toko buku. “Bercinta.” Dia tahu aku tak bisa berdusta kepadanya dan aku juga tak pernah berniat mendustainya. Cinta kami senantiasa membara dengan bahan bakar buku. Selama tiga tahun masa pacaran, hal paling romantis yang kami lakukan adalah bercinta di atas hamparan buku. Membaca dan bercinta adalah hal yang tak terpisahkan dari kami tetapi kami tahu persis perbedaannya. Membaca bisa kami lakukan sendiri-sendiri tetapi bercinta harus kami lakukan bersama-sama. Dan dalam bercinta kami juga dapat saling membaca tubuh masing-masing. Untuk menjembatani kesendirian saat membaca, kami membeli buku yang sama lalu membacanya di saat terpisah. Kami akan membicarakan buku itu ketika bertemu. Sepanjang membaca buku itu, kami akan membuat catatan kecil di tiap halaman yang kami anggap perlu. Catatan itu terkadang cuma berisi hal sepele tapi akan menjadi menarik ketika di waktu berlainan dibaca pasangan. Begitu merampungkan pembacaan, buku itu saling kami tukar. Kami akan membaca kembali catatan kecil yang menjadi jejak baca masing-masing. Hal semacam itu menguatkan tali cinta kami. Kami tidak hanya terikat secara perasaan tapi juga secara intelektual. Akan tetapi, ikatan semacam itu rupanya tak cukup kuat untuk membawa kami ke jenjang pernikahan. Perbedaan keyakinan yang berbuntut mampatnya restu dari keluarga besar menjelma pisau pemisah. Untuk meringankan derita, kami tak menganggap keluarga sebagai sebab utama perpisahan, melainkan penghormatan atas keyakinan masing-masing. Nasib pun membawa kami bertemu dengan orang yang ditakdirkan menjadi pasangan kami. Dia dibawa suaminya ke seberang pulau sedangkan aku menyusun hidup baru di kota ini dengan isteriku. Kami telah terpisah hampir lima belas tahun, ketika secara tak sengaja bertemu kembali di toko buku yang dulu sering kami kunjungi. Kami sama-sama terkejut. Tanpa kusangka pertanyaan lama meluncur dari bibirnya dan di hadapannya aku masih tak kuasa berdusta. “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” “Membaca.” “Kenapa? Jangan-jangan isterimu tak menggairahkan lagi ya, atau kamu sudah impoten?” Dia masih ceplas-ceplos seperti dulu dan menganggap pertanyaan itu sebagai lelucon. Aku hanya tersenyum. Tak menjawabnya lagi. Diam adalah cara terbaik untuk tidak berdusta kepadanya. Tapi tebakan keduanya itu hampir mendekati kebenaran. Sudah hampir tiga tahun ini aku menderita ejakulasi dini. Solo, 2015Cerpenini mengisahkan tentang persahabatan dua orang yang sangat akrab , namun keduanya terpisahkan akibat persoalan cinta . Icha yang pada waktu itu telah mengidap penyakit tumor , ia sudah jarang lagi untuk masuk sekolah . Tiba - tiba ibu menelfonku , bahwa Icha sahabatku telah tiada . Aku sangat sedih dan terkejit mendengar berita
Cerpen Karangan Ribka SepatiaKategori Cerpen Cinta, Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 13 June 2013 Pagi ini aku berangkat sekolah di antar oleh kakakku karena papa tidak sempat mengantarku, ada urusan mendadak. Keluargaku sangat mengasihiku kami hidup sangat rukun dan berkecukupan, rumahku penuh canda dan tawa. Sesampai di sekolah, aku mencium tangan kakakku dan berkata “doakan belajarku hari ini ya kak”, kakakku membalas dengan senyuman lalu aku pun berjalan menuju kelasku. Kegiatan proses belajar-mengajar pun di mulai, hingga hampir jam pulang pun tiba keadaanku masih baik-baik saja. Dan ketika bell pulang pun berbunyi aku keluar menusuri jalan tapi kali ini ada rasa aneh di kepalaku, aku merasakan sangat sakit hingga aku tidak tahan lagi dan duduk mencari tempat yang sepi. Setelah duduk beberapa saat kepalaku sudah tidak sakit lagi dan aku pun melanjutkan jalanku ketika itu mungkin haris melihatku dan menghampiriku, lalu berkata “tumben pulangnya lama cha?, gak di jemput papanya”, “papaku lagi sibuk jadi enggak sempat jemput ntar lagi juga kakakku mungkin datang” balasku sambil senyum biasa, “ayo aku antar pulang aja, kasian kamu sendiri disini” kata haris menawarkan. Awalnya aku menolak tapi haris terus memohon sehingga membuat aku mau. Sesampainya di depan rumah aku turun lalu berkata “gak mau masuk dulu ris”, “lain kali aja cha lagian sudah mendung nii” kata haris dengan lembut, “oh ia deh, aku masuk dulu ya” kataku lalu masuk ke dalam rumah, sesampai di rumah mama melihatku dan berkata “Kak dienya mana cha bukannya tadi dia yang jemput ya”, “cha di antar teman ma” kataku setelah itu kak die pun muncul dan melihatku lalu berkata “loo, di antar siapa cha tadi kakak jemput tapi sudah gak ada lagi di sekolah” saat kak die bicara sakit di kepalaku mulai berasa lagi lalu aku berjalan menuju kamarku sambil berkata “tadi diantar teman”. Sampai di kamar aku meletakkan tasku dan mencari obat sakit kepala, setelah minum obat sakit kepalaku hilang aku tidak ada rasa curiga di saat itu. Mungkin karena aku tadi ujian makanya kepalaku agak sedikit pusing. Besok paginya saat aku terbangun dari tidurku aku merasakan sakit kepalaku timbul lagi tapi aku tidak menghiraukan rasa sakit itu, aku bersiap-siap menuju sekolah dan di antar kakakku lagi. Turun dari motor aku hendak menyalam tangan kakakku tapi sakit itu muncul lagi hampir membuatku jatuh tapi untung kakakku langsung menangkapku dan berkata “kamu kenapa cha?, gak lagi sakit kan”, aku menatap kakakku dan berkata “gak pa-pa kok kak mungkin ini Cuma sakit kepala biasa” lalu aku berjalan menuju kelas. Saat PBM di mulai aku juga mulai merasakan sakit yang menjadi di kepalaku hingga membuatku jatuh pingsan. Dan saat aku terbangun aku sudah berada di dalam ruang UKS sekolah ternyata yang menggendong aku ke ruang UKS ini Haris teman sekelasku. Setelah beberapa menit kakakku pun datang menjemputku dan membawaku pulang, sampai di rumah aku melihat mama sangat khawatir dan langsung memelukku sambil berkata “kenapa Cha?, sakit kok gak bilang mama” aku melihat raut wajah mama yang sangat khawatir akan keadaanku lalu aku berkata “Cha gak pa-pa kok ma mungkin Cuma kecapean aja dan butuh istirahat” aku pun di antar mama kekamarku lalu aku tidur. Paginya aku sudah merasakan agak baikan dan mama datang ke kamarku lalu berkata dengan raut wajah khawatir “kalo belum sanggup sekolah gak usah di paksakan ya cha” lalu aku tersenyum dan berkata kepada mama “sudah agak mendingan kok ma, lagian hari ini cha ada ujian”. Mendengar itu mama keluar dari kamar dan aku pun bergegas untuk pergi sekolah. Kakakku mengantarku ke sekolah dan hari ini aku benar-benar merasakan lebih baik. Hari ini kami ada ujian dan saat PBM berlangsung pun aku sudah tidak merasakan sakit apa-apa lagi. Dan sepulang sekolah terlihat kak die sudah menungguku lalu kami pun pulang ke rumah, sepulang sekolah aku membantu mama masak semur kesukaanku untuk makan malam dan setelah makan malam selesai aku beranjak ke kamarku dan belajar dan aku tertidur. Pagi ini aku merasa sakit kepalaku kambuh lagi dan saat itu keluar darah dari hidungku dan aku sangat takut saat itu tapi setelah beberapa menit darahnya pun berhenti lalu aku bergegas mandi saat sarapan aku tidak cerita apa-apa sama mama dan kak die karena aku gak mau buat mereka khawatir dan setelah sarapan aku berangkat sekolah dan di sekolah sampai istirahat pertama keadaanku baik-baik aja tapi setelah istirahat kedua darah itu mulai keluar dan teman sebangkuku melihat itu lalu berkata “kamu kenapa cha?, kok keluar darah dari hidungmu” aku mencoba menutupi hidungku dengan tissue dan berkata kepada elsa “aku gak apa-apa kok sa, ini Cuma mimisan biasa kok” lalu aku pergi ke kamar mandi dan elsa mulai curiga dan khwatir denganku. Beberapa lama di kamar mandi aku mulai merasa pusing, darah itu tak kunjung berhenti dan ketika aku hampir pingsan elsa datang bersama haris dan saat itu juga haris menahanku agar tidak jatuh ke lantai dan mereka membawaku pulang ke rumah. Saat aku sadarkan diri aku melihat begitu banyak orang di sekelilingku yaitu mama, papa, kak die, haris dan elsa, lalu aku berkata dengan suara lemah “kapan papa pulang dari Australia?, kok gak kabarin cha, papa bawa apa untuk cha” ketika itu papa langsung memelukku dan berkata “adek cha sakit apa? kok bisa sampe pingsan, papa langsung pulang sesudah mamamu telpon papa dan bilang kamu sakit” aku sedikit mengeluarkan senyuman kepada papa agar dia tidak begitu khawatir dan berkata “cha gak pa-pa kok pa, cha cuma mimisan karena mungkin cha kecapean belajar” . Setelah itu haris dan elsa pun pamit pulang, “om, tan, kak kami permisi pulang dulu ya kak” kata haris lalu setelah itu elsa pun berbisik ke telingaku “cepat sembuh ya cha” lalu memberikan senyuman kepadaku. Kak die pun mengantar haris dan elsa ke depan rumah, mama dan papa terus menjagaiku saat itu lalu aku pun berkata “Cha cuma butuh istirahat kok ma, pa”. Mama dan papa pun meninggalkanku tertidur lelap di kamar tapi sebenarnya aku tidak tidur melainkan hanya ingin membuat mama dan papa tidak perlu begitu menjagaiku. Di luar kamarku aku mendengar percakapan antara mama dan papa. “Pa, Anak kita gak kenapa-napa kan pa?” kata mama dengan suara sedih “mungkin yang dikatakan Cha benar ma, dia Cuma butuh istirahat sebentar” kata papa berusaha menenangkan mama Saat itu aku hanya mampu menangis, aku juga takut akan terjadi sesuatu padaku karena selama ini aku gak pernah sakit seperti ini apalagi sampai mimisan. Aku cuma bisa berharap ini bukan sakit parah, aku berusaha menenangkan pikiran dan perasaanku dan akhirnya aku tertidur. beberapa jam kemudian aku tiba-tiba terbangun dari tidurku karena ada yang masuk kamarku dan ternyata itu mama, dia membawakan makan malam untukku dan menyuapiku. Rasanya cuma waktu kecil aku disuapin mama tapi kali ini dia menyuapiku lagi di tambah aku melihat begitu besar rasa ke khawatiran di matanya dan setelah selesai makan malam mama keluar dan menutup kamarku aku pun tidur kembali. Malam ini aku bermimpi bertemu nenek di sebuah tempat yang sangat indah, aku sangat suka tempat itu, tempat itu sangat indah, banyak bunga disana, udaranya juga sangat segar. Nenek terus mengajakku bercerita dan nenek juga mengajak aku untuk tinggal bersamanya di tempat itu tapi aku menolak, aku bilang “Cha masih ingin lama-lama sama mama, papa dan kak die nek” lalu nenek terdiam dan seketika itu aku terbangun karena mama datang membangunkanku. Aku merasa sangat aneh dengan mimpi itu karena sebelumnya aku gak pernah mimpi seperti itu apalagi bertemu nenek tapi aku tidak menceritakan itu pada mama karena tidak ingin membuatnya semakin khawatir. Aku pun berusaha kuat dan tegar di depan mama dan beranjak ke kamar mandi tapi saat aku keramas aku melihat begitu banyak rambutku yang rontok dan aku semakin takut. Aku takut aku bakal benar-benar meninggalkan mama, papa dan kak die. Aku pun berusaha bersikap seperti biasa di depan mereka saat kami sarapan, aku gak akan menceritakan apapun pada mereka. Dan hari ini aku berangkat sekolah di antar papa lagi, di kelas semua teman-teman menanyakan kabarku tapi tidak dengan haris, dia hanya melihatku saja dan terlihat wajahnya sangat cemas. Haris entah mengapa dia hadir di saat aku sakit seperti ini dan entah mengapa dia yang selalu menolongku. Hari itu di jam terakhir guru kami tidak masuk dan seperti biasa aku membawa buku dan belajar di bawah pohon di sekolahku, saat sedang asik tiba-tiba Haris muncul ke hadapanku dan menawarkan sebuah senyuman kepadaku saat itu lalu duduk di sampingku. Beberapa saat kami hanya diam-diam saja tapi saat aku hendak bicara dia juga bicara sehingga terjadilah percakapan di antara kami berdua Haris Ehh, Cha aja yang ngomong duluan. Aku Gak usah, haris aja dulu. Haris Enggak Cha aja dulu soalnya kayaknya penting. Aku Emm, ya sudah deh, Cha Cuma mau ngucapin makasih sama haris karena sudah selalu bantuin Cha selama Cha sakit, tapi gimana ceritanya sih kok kemaren waktu aku mau pingsan di Kamar mandi, haris dan elsa bisa datang bersamaan? Haris Elsa yang mengajakku ke kamar mandi karena dia khawatir kamu kenapa-napa soalnya elsa kamu udah pergi begitu lama ke kamar mandi jadi dia curiga. Aku Oohh, aku kirain kalian gak janjian. Haris Oh ya Cha ada yang mau aku Tanya sama kamu, sebenarnya kamu sakit apa sih? Aku Aku gak kenapa-napa kok ris mungkin kemaren itu kecapean aja buktinya sekarang aku udah baik-baik aja kok. Haris Cha ada yang mau aku bilang sama kamu. Aku Apa ris? kok kayaknya penting banget, hehehe Haris Aku tu suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku? Aku Maaf ya ris, aku belum bisa jawab sekarang. Ketika itu aku langsung pergi meninggalkan haris dan bell pun berbunyi. Aku mengambil tas ke kelas dan pulang, beberapa menit kemudian papaku datang menjemputku. Di dalam mobil aku merasa penyakit itu datang lagi dan sampai di depan pintu hendak membuka pintu tanpa sadar aku jatuh pingsan. Terbangun dari pingsan ternyata aku sudah berada di rumah sakit. Mama memelukku dan berkata sambil menangis pilu “kok adek sakit gak bilang mama sih cha?, udah gak sayang lagi ya sama mama”, “enggak kok ma, adek cuman gak mau buat mama repot” kataku sambil tersenyum. Lalu dokter masuk ke ruangku dan berbisik kepada papa hingga mereka pun keluar. Saat papa masuk, mama langsung mendekati papa dan papa mengajak mama keluar lagi, aku pun semakin bingung, apa yang terjadi padaku, apakah penyakitku ini parah. Ketika mama masuk dan mendekati tempat tidurku, aku langsung bertanya “Cha sakit apa sih ma? Kok Cha ngerasain sakit banget”, mama menangis dan memelukku lagi dan berkata dengan suara pelan “sebenarnya adek kena penyakit kanker otak stadium 5”. Seketika itu aku merasakan bahwa aku gak akan hidup lama lagi, aku benar-benar akan meninggalkan mama, papa dan kak die. Tuhan inikah akhir dari hidupku kataku dalam hati. Tapi aku berusaha tegar saat mendengar itu, aku masih mampu tersenyum kepada mereka. Ruang itu menjadi sangat sunyi senyap, hanya ada tangis dan air mata tapi aku berkata “look ok pada nangis sih, adek gak pa-pa kok ma, pa, kak die ntar juga bakal sembuh, hapus dong air matanya” mereka memelukku dengan sangat erat. Aku tau betapa sedihnya mereka tapi aku lebih sedih, aku yang merasakan sakit ini. Karena keadaanku yang semakin menurun dan parah maka aku tidak mungkin lagi bersekolah, aku harus rawat inap di rumah sakit, setelah 2 hari di rawat haris, elsa, dan kawan-kawan kelasku pun datang menjengukku. Mereka semua menangis dan memelukku satu per satu setelah mengetahui penyakitku, apalagi haris sampai-sampai dia tidak sanggup berkata-kata lagi. Hari ketiga di rumah sakit aku merasakan keadaanku semakin menurun, aku hanya dapat berdoa kepada Tuhan agar penyakit ini diangkatkan. Makin hari kepalaku semakin sakit dan rambutku pun semakin rontok dan sekarang aku sudah botak. Tuhan mengapa ini terjadi padaku, apa salahku Tuhan, aku gak sanggup melihat mereka menangis lagi. Akhirnya rumah sakit mengusulkan untuk mengobatiku di Penang, Malaysia tapi ternyata disana pun hanya sedikit harapan aku dapat sembuh, mereka tidak mampu mengobatiku hanya mampu mengurangi rasa sakit penyakitku. Mama dan papa sangat berusaha untuk mengobatiku, mereka mencari rumah sakit mana yang mampu mengobatiku tapi ketika mereka menemukan rumah sakit itu dan hendak mengajakku, aku menolak untuk di bawa kesana. Aku cuma minta di bawa pulang ke Indonesia dan berada di rumah saja karena aku merasakan waktuku gak lama lagi. Dengan terpaksa mereka menuruti keinginanku dan kami kembali ke Indonesia, di rumah ada seorang suster dari rumah sakit yang merawatku. Berada di rumah bersama mama, papa, dan kak die sudah sangat mengurangi sakitku walaupun aku sering mendengar tangis mereka di belakangku. Mengetahui aku sudah berada di rumah, haris sangat sering mengunjungiku dan menyemangatiku. Dia sangat perhatian padaku tapi sayang kami tak mungkin bersama. Hampir satu bulan keadaanku semakin memburuk dan sekarang untuk berjalan pun aku sudah tidak mampu lagi, apalagi untuk berbicara. Mama selalu mendoakanku tapi mungkin Tuhan berkehendak lain. Malam itu aku sedang menulis 2 surat, 1 untuk keluargaku dan 1 lagi untuk Haris. Isi suratku untuk keluargaku “Hei, mama, papa dan kak die aku udah senang lo disini, mungkin saat membaca surat ini Cha udah gak bisa lagi bicara, meluk dan melihat kalian tapi percayalah Cha udah bahagia disini, oia Cha disini bareng nenekku lo ma, pa, kak die. Dulu juga sebelum Cha sakit, Cha mimpi bertemu nenek dan nenek mengajak Cha tinggal bersamanya. Tapi Cha kemaren gak mau cerita soalnya Cha gak mau buat kalian khawatir. Kalian jangan sedih ya, Cha udah senang kok disini. Selamat tinggal ya. Salam Ananda Richa.” Dan isi suratku untuk Haris “Hai haris, sebelumnya Cha ucapin makasih ya, Haris selalu ada saat Cha sakit. Sebenarnya Cha juga sayang sama Haris tapi saat Haris nyatain perasaan Haris sama Cha. Cha udah ngerasa Cha itu udah sakit makanya Cha gak bisa jawab waktu itu. Haris itu pria yang baik, pasti ada banyak cewek yang lebih baik dari Cha mau sama Haris. Haris baik-baik ya. Mungkin kita gak akan bertemu. Cha bahagia disini. Salam Richa. Mungkin saat aku pergi dan setelah aku pergi surat itu sudah sampai di tangan mereka. Mudah-mudahan mereka dapat menerima kepergianku. Cha sayang mereka semua. Cerpen Karangan Ribka Sepatia Facebook Ribka Sepatia Nama Ribka Sepatia Alamat Berastagi Cerpen Penyakit Ini Akhir Hidupku merupakan cerita pendek karangan Ribka Sepatia, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Amerta Tidak Terlupakan Oleh Nur Endah Dwi Apriyani Jam sudah menunjukkan pukul WIB, di mana Anya dan teman-temannya mulai berhamburan keluar kelas. Yups, Anya merupakan siswi SMA Nusantara yang memakai sistem fullday school. Seperti biasa, di Mempunyai Adik Baru Oleh Nabila Azahro Hai namaku Nabilah Azahro, cukup panggil Aza saja. Aku bersekolah di Min Pelaihari. Pada hari Senin Tanggal 20 juni 2016 pada jam 4 subuh terdengar suara orang menangis, pada Hai Namaku Aline Hal Buruk yang Indah Part 2 Oleh Nur Ma'izzatul Akmal Beberapa jam kemudian. Aku menguap, badanku terasa lebih ringan dari beberapa saat sebelumnya. Sesaat, aku tak ingat apapun, satu-satunya hal yang kuyakini adalah aku berada di ruang yang berbeda. Malaikat Kecil Tak Bersayap Oleh Fuji Paujia Pahmawati Jia adalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia merupaakan buah hati dari keluarga Wijaya dan Maria. Jia lahir di Puncak Situ yang sampai sekarang menjadi tempat Senyum Seindah Pelangi Oleh Faline Honey Semuanya seperti deja vu. Masih terukir dengan jelas di benakku, tentang hari itu. Di saat butiran-butiran air berjatuhan dari langit. Petir pun seolah tak mau kalah meramaikan suasana dengan “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"cerpensedih Selasa, 24 September 2013. JANJI TERAKHIR. Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Cowok tuh pernah cerita ke aku tentang penyakit nya. Aku sedih mendengar cerita
Cerpen Sedih Tentang Penyakit. Dia pernah menuliskan 6 kata berisi “for sale Abis tugasnya ngarang cerpen sih. Kata Kata Sedih Orang Cacat Auasa from Untuk lebih jelasnya cerita sedih bikin nangis tentang dua anak sahabat disimak saja cerpen sedih yang menyentuh hati dan mengharukan tentang penyakit berikut ini. Selembar surat yg sempet cwe itu titipin ke ibu nya. Cinta, kerinduan, sedih segenggam kerinduan untuk ayah secangkir kopi telah tersaji sebagai pengawal pagi. Setelah Lima Belas Tahun Ternyata Anak Yang Dirindukan Tumbuh Menjadi Seorang Kriminal Jadi Buronan Karya Fiksi Terpendek, Kita Akan Diingatkan Pada Karya Ernest Hemingway, Surat Yg Sempet Cwe Itu Titipin Ke Ibu Yang Ringan Harus Kugerakan Tuk Memulai Langkah Yang Begitu Tapi, Ia Tak Merasa Sesak Atau Ingin Bersin. Setelah Lima Belas Tahun Ternyata Anak Yang Dirindukan Tumbuh Menjadi Seorang Kriminal Jadi Buronan Polisi. Dia pernah menuliskan 6 kata berisi “for sale Satu kisah persahabatan yang bisa. Dalam cerpen tema keluarga sedih seorang ayah mengusir anak sulungnya yang saat itu masih berusia 14 tahun karena ketahuan mencuri, sang ibu begitu rindu pada anaknya sedangkan ia tak tahu di mana keberadaan arman. Bicara Karya Fiksi Terpendek, Kita Akan Diingatkan Pada Karya Ernest Hemingway, Ya. Abis tugasnya ngarang cerpen sih. Berikut ini tersedia beberapa artikel yang menjelaskan secara lengkap tentang contoh cerpen tentang penyakit. Aku termasuk gadis yg sangat cupu, karena ga ada yg mengajariku ttg umur 15 mamaku meninggal & aku juga terkena penyakit leukimia kanker darah. Selembar Surat Yg Sempet Cwe Itu Titipin Ke Ibu Nya. Untuk lebih jelasnya cerita sedih bikin nangis tentang dua anak sahabat disimak saja cerpen sedih yang menyentuh hati dan mengharukan tentang penyakit berikut ini. Cinta, kerinduan, sedih segenggam kerinduan untuk ayah secangkir kopi telah tersaji sebagai pengawal pagi. Langsung aja dibaca dan resapi cerpen sedih tentang persahabatan berikut Kaki Yang Ringan Harus Kugerakan Tuk Memulai Langkah Yang Begitu Berat. Keluargaku sangat mengasihiku kami hidup sangat rukun dan berkecukupan, rumahku. Makanya aku tulis semua kegiatanku saat bertanya tentang bagaimana mencintai budaya lokal. Pagi ini aku berangkat sekolah di antar oleh kakakku karena papa tidak sempat mengantarku, ada urusan mendadak. Eh, Tapi, Ia Tak Merasa Sesak Atau Ingin Bersin. Karya tersebut bahkan diklaim sebagai novel paling pendek sedunia. Berikut di bawah ini kami berikan beberapa cerpen singkat dan menarik yang menurut penulis adalah yang terbaik. Contoh cerpen keluargaku 4 lembar.
1HIDDEN PAIN [END]oleh 🍃Dari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] Highest Rank 1 in Anaksma [1... 2Transmigration Perubahanoleh babyzloraFiguran? Ah yang benar saja. Anandhira Azahra harus mati karena jatuh dari tangga, dan parahnya ia tidak masuk surga atau neraka gadis ini justru memasuki raga seorang F... 3TURTLE Endoleh ByKura-kura itu hidup nya dapat 100 tahun lebih lama, tidak langka dan banyak jenis nya. Alea ingin seperti kura-kura hidup lebih dari 1 abad. Panjang umur biar bisa tumbu... 5The Secret Shila [END]oleh 🦋[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN INFO TENTANG CERITA INI] ____ "Sebuah rahasia yang berakhir duka." ____ Ini kisah tentang Shila Nashyta Winata... 8DIO or GIOoleh Fino Idapa jadinya seseorang yang terkenal dingin dan kejam, Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang anak yang terlahir dengan di beri penyakit yang membuat dia harus menderita... 9ANGKASA ENDoleh sisca damayantiSelamat membaca cerita Angkasa dan Raisa❤❤ Bercerita tentang. Angkasa Saputra Wiratama. Murid laki-laki paling berpengaruh di SMA Merah Putih. Selain karena seorang anak... 11Goresan ARABBELoleh buah berry"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya... 13FERO On Goingoleh fer. agah nugrahaFero dengan segala luka nya. Ga bisa nulis deskripsi cerita. Penasaran? Tinggal baca GRATIS. Asal VOTE *osteosarcoma *bunda *daddy *anak tengah *di abaikan 1 "KANK... 15Minggu terakhiroleh FaniraP"Karena kamu memang pengen aku menghilang, baiklah, aku akan menghilang. Tapi aku minta satu syarat." "Biarkan ini jadi Minggu terakhir aku bersamamu. Dan... 16Story Zoyaoleh njuaZiya dan Zoya adalah seorang kakak beradik yg diperlakukan berbeda oleh orangtuanya. Ziya Exelyn Alatas adalah putri pertama ayah Adnan Farris Alatas dan bunda Elmira M... 17COMPLICATED FEELINGS [ON GOING]oleh taca[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA] Keyna Slavionna Gherson, gadis yang selalu di jadikan ratu oleh sang kekasih. Selama 2 tahun m... 18S E N J A [END]oleh Meir TsabitaFollow dulu author nya! PLAGIAT DI HARAP MENJAUH‼⚠❗❗ _________________________________ Athena Senja Maharani nama indah orang nya pun indah. Senyum yang menawan dapat me... 20Maura and Fiction Worldoleh RadinaMaura Astara, adalah gadis remaja yang gemar membaca cerita fiksi. Memiliki kehidupan normal layaknya remaja lainnya, hanya kurang beruntung di kisah percintaan saja, ka...
Denganperasaan marah dan sedih, Putri pergi meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan. Saat melewati sebuah gerobak penjual bakso dan mencium aroma nikmat, tiba-tiba Putri sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di atas semangkuk bakso. Cerpen Karangan Annisa Adinda PutriKategori Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 2 March 2014 Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-14 tahun, mungkin apa yang aku inginkan sama seperti apa yang ku mau pada tahun-tahun sebelumnya yaitu hanya ingin bertemu dengan seorang sahabat kecilku yang sudah dari 4 tahun yang lalu tidak pernah terdengar kabarnya. Malam ini seperti biasa aku akan merayakan sendiri ulang tahunku di tepi danau yang sering aku kunjungi saat masih kecil bersamanya, ia adalah seorang sahabat yang swlalu ada saat aku sedih maupun senang, setiap hari saat bersamanya aku selalu tersenyum, walaupun aku tetap merasakan sakit yang sudah lama aku derita, tetapi saat ada dia semua rasa sakit itu hilang dan diganti dengan rasa senang dan gembira. Benar saja! aku adalah seorang gadis yang mengidap kanker otak sejak aku berumur 8 tahun, penyakit ini tidak pernah membuat dia pergi meniggalkanku, tetapi sebaliknya ia lah yang selalu mendukungku, ia yang selalu berusaha membuatku tersenyum saat aku merasa terpuruk akibat penyakit ini. Sampai pada akhirnya aku tau ia sudah tiada, ia mengidap kanker darah yang lebih awal ia rasakan sebelum aku divonis oleh dokter, ia tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya. sampai saat itu ternyata ia pergi ke singapura untuk berobat, tetapi tubuhnya menolak obat-obatan yang diberi oleh dokter akibat tubuhnya yang belum kuat menerima reaksi dari obat-obatan tersebut, akhirnya ia meniggal dunia. aku yang mendengar kabar itu hanya bisa menangis dan berfikir apakah aku akan seperti itu. Semua kenangan yang ia berikan kepadaku hanya bisa membuatku semakin rindu akan hadirnya. sampai aku merasakan sedih yang sangat mendalam, sampai pada akhirnya aku merasakan ia mendatangiku dan mengajakku pergi bersamanya, dan itulah saat-saat aku pergi untuk selamanya dari dunia ini. Pada akhirnya semua keinginanku terwujud, sekarang aku bahagia bersamanya dalam suatu keabadian… Cerpen Karangan Annisa Adinda Putri Facebook Annisa Adinda Ini adalah cerpen pertamaku! maaf ya kalau masih jelek, soalnya aku juga masih pemula Cerpen Sahabat Kecilku dan Penyakit Yang Aku Derita merupakan cerita pendek karangan Annisa Adinda Putri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Selamat Tinggal Kakak Oleh Ali Arsa Ali adalah seorang anak tunggal yang hidupnya dipenuhi dengan kesendirian. Ayahnya tewas sejak Ali berumur 6 tahun, saat itu Ayah Ali menjadi korban tabrak lari. Sekarang Ali hanya ditemani Secerca Harapan Menunggumu Oleh Diah Kumalasari Ku pijakkan langkah demi langkah pada setapak jalan ini. Kaki ini mengalun secara perlahan, mengikuti alunan lembut udara pagi. Mega sang surya memberikan warna untuk langit dan berikan kecerahan Confused Part 3 Oleh Ambarwati Akhirnya Rendy dan Debby sampai di kota tercintanya. Namun, mereka tak langsung pulang tetapi mampir dahulu ke sebuah kedai santai. “Ren, bentar lagi aku yakin pasti kamu dapetin dia.” Aku Ranita Oleh Fadhilatul Hasnah “Nita!” suara merdu itu memanggil namaku dari kejauhan. Aku menghentikan langkah dan menoleh kembali ke arah gerbang sekolah. Tampak Rani, sahabatku, berlari kecil ke arahku. Rambut hitam berkilau bak Tengkleng Solo Oleh Aisy Mukiya “Yakin tidak ada yang tertinggal,” Tanya Bang Rey ketika aku memasukkan satu buku kecil ke dalam saku tas. Aku menggeleng, mengangkat tas rangsel dan menggendongnya di punggung. Penerbangan masih “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"4 menitBerikut beberapa contoh cerpen sedih yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Walau singkat, tapi isinya penuh dengan pesan moral! Cerita pendek atau cerpen adalah sebuah karya sastra yang sejak bangku sekolah dasar sudah dikenalkan kepada siswa. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, cerpen mulai benar-benar jadi bahan materi ketika siswa duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP. Mengenai tema, cerpen bisa dibuat dengan banyak topik. Seperti topik ringan yang sering dialami oleh masyarakat pada umumnya. Beberapa topik cerpen yang menjadi favorit para siswa seperti cerpen motivasi, cerpen pengalaman pribadi, dan cerpen tentang sekolah. Selain beberapa tema di atas, cerpen sedih bisa menjadi alternatif tepat. Itu karena cerpen sedih relatif mudah dibuat dan relate dengan kehidupan sehari-hari. Nah, artikel ini pun akan memberikan beberapa contoh cerpen sedih singkat sebagai referensi. Penasaran? Mari kita ulas contoh cerita sedih selengkapnya! 1. Cerpen Sedih dengan Judul “Gagal Ulangan” Sudah dari sejak Jumat pekan kemarin, Bapak Asep memberi tahu kelas IX jika Rabu ini akan ada ulangan matematika. Namun, alih-alih belajar, aku dan Gisel justru menghabiskan akhir pekan dengan bermain di kebun binatang. Bukan, bukan karena tak mau belajar, tetapi aku sungguh lupa kalau Rabu ini akan ada ulangan matematika. “Seperti yang Bapak katakana Jumat kemarin, hari ini kita ulangan matematika, ya,” ungkap Bapak Asep. “Siap paakk,” seru semua murid. Jika semua murid sudah siap, aku dan Gisel mendadak pucat pasi lantaran sama sekali tak belajar untuk ulangan. Kami pun saling tatap cemas. “Aduh, kita lupa Caca kalau hari ini ada ulangan,” sebut Gisel. Aku hanya mengangguk menelan ludah karena takut gagal ulangan. Kertas ulangan pun disebar dari depan ke belakang. Aku yang sudah mendapat kertas ulangan dan melihat beberapa soalnya sejurus kian panik. Bagaimana tidak, hampir semua soalnya aku tak bisa mengerjakan. Andai aku belajar, mungkin aku masih bisa untuk mengerjakan. Ulangan pun dimulai… Ketika semua murid tampak khusyuk mengerjakan, Aku dan Gisel malah sibuk menengok kanan dan kiri tak fokus. Di titik itu, aku sungguh pasrah. Aku mencoba mengerjakan apa yang aku bisa. Setelah ulangan selesai, semua murid mengumpulkan kertas jawaban. Antara lega dan takut, aku pun mengumpulkan kertas jawaban yang hampir pasti mendapat nilai buruk. Satu minggu kemudian. Setelah satu minggu berakhir, hasil ulangan matematika keluar. Satu per satu murid dipanggil untuk mendapat hasil ulangan mereka. Beruntung, Gisel yang waktu ulangan tak belajar mendapat nilai yang pas. Ia tak perlu lagi mengulang. Ketika giliranku dipanggil, Pak Asep bertanya lirih “Kenapa Caca nilai kamu jadi jelek?” Aku hanya tersenyum getir. Kemudian aku melihat hasil ulangan yang membuatku mengeluarkan air mata. Ya, aku mendapat nilai yang sangat kecil, mungkin paling kecil di antara teman satu kelasku. Tak ingin terlihat menangis, aku mencoba menahan air mata agar tidak keluar. Pak Asep lalu mengumumkan kalau ada siswa yang nilainya di bawah 6 harus mengulang kembali ujian minggu kemarin. Sialnya, di antara yang lain hanya aku yang harus mengulang ujian. Setelah kejadian itu aku bertekad untuk belajar lebih giat, supaya hal serupa tidak terulang. 2. Cerpen Sedih tentang Kehidupan 3. Contoh Cerita Sedih Singkat dengan Judul “Perpisahan” Di sini, waktu seperti berhenti di awal tahun 2000-an. Semuanya serbamanual, semuanya serba-zaman dulu. Namun, hal itulah yang membuatku senang dengan kota ini. Kota paling indah, di mana aku bermain sejak kecil dan kini mulai tumbuh dewasa. “Kenapa kamu melamun, Melati?” tanya Bunga penasaran yang melihatku melamun sambil melihat jalan raya. Aku memang akhir-akhir ini sering melamun, menatap setiap jengkal kota kelahiranku. “Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang menikmati kota ini,” jawabku. Bunga tak menjawab, ia hanya mengangguk memberikan sinyal jika ia mengerti. Besok hari datang, aku melakukan hal serupa, yakni kembali melamun. “Dari kemarin aku melihat kamu terus melamun, pasti ada yang tidak beres. Ceritakan masalahmu,” desak Bunga. “Meski kamu adalah sahabat dekatku, tak semua bisa aku ungkapkan semua masalahku,” jawabku. Mendengar hal tersebut Bunga justri kian penasaran. “Kita sudah berteman dari kecil, semua hal tentangmu aku sudah tahu. Kenapa kamu tiba-tiba begini?” ujar Bunga. Entah kenapa, mendengar hal itu aku malah emosi. “Jangan campuri urusan orang!” Aku pun pergi meninggalkan Bunga. Perbuatanku salah, tetapi emosi itu datang begitu saja. Bunga yang heran dengan sikapku, tampak juga ikut emosi karena ia merasa disalahkan. Berawal dari sana, aku dan Bunga tak lagi bertemu. Terhitung, sudah satu minggu aku tak berjumpa dengan Bunga. Padahal, dalam waktu dekat aku akan pergi, meninggalkan kota yang sejak kecil aku tinggali. Bunga datang ke rumah, meminta maaf karena sikapnya tempo hari yang seakan kepo dengan masalahku. “Maafkan aku Melati, aku sadar jika semua hal tak bisa diberi tahu. Maaf, ya.” Aku lantas memeluk Bunga, menangis sejadi-jadinya. Selain karena aku merasa bersalah, aku juga sadar kalau aku akan meninggalkannya. Aku pun lalu menceritakan apa yang terjadi. Jika aku akan pindah bersama keluarga ke luar Pulau. Bunga semula tak menerima karena kita berjanji untuk bersahabat selamanya. “Tak mengapa, jarak hanyalah jarak. Jangan sampai persahabatan kita luntur karena hanya jarak,” ungkap Bunga. Kita pun berpelukan sambil menangis. Dua orang sahabat yang esok hari tak bisa saling jumpa kembali. *** Itulah beberapa contoh cerpen singkat sedih. Semoga cerita sedih singkat di atas bermanfaat, Property People. Baca artikel menarik lainnya di Segera ikuti Google News agar kamu tak ketinggalan berbagai informasi menarik. Pesona Prima Cikahuripan 5 & 6 dapat menjadi pilihan tepat jika kamu sedang berburu rumah di daerah Cileungsi, Bogor. Informasi lebih lengkap, klik dan karena kami selalu AdaBuatKamu. Cek sekarang juga! ***sumber gambar
Seminggutidak bisa berjalan, ganti kakak tidak bisa berbicara. Sebenarnya dia bisa berbicara, hanya saja dia selalu berbicara dengan putus-putus. Setiap malam, kakak tidak bisa lagi bercerita untukku. Tapi senyuman kakak dan ketegaran hatinya tidak pernah pudar. Suatu hari, aku mendekati kakak dan memanggilnya. Cerpen Karangan AnitaAlfaKategori Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 3 March 2021 Sebaik apapun caramu berpamitan, perpisahan akan tetap menyakitkan’. Ingat satu kalimat itu sampai kamu benar-benar tahu definisi sakit yang sesungguhnya. Hidup ini ini penuh kejutan, kamu tidak akan bisa menebak sesuatu yang akan terjadi pada detik selanjutnya. “Resha kok nangis, kenapa?” Pria yang masih mengenakan setelan jas kantornya itu datang lalu berjongkok di depan gadis kecil yang sedang menangis sembari terduduk di lantai ruang tamu. “Echa jatuh, Pa.” adu anak berusia sekitar tujuh tahunan itu sembari terisak tangis. Pria yang disebut papa tersebut lantas tersenyum sembari mengusap air mata putrinya. “Masa gini aja kamu nangis sih?” “Tapi kan sakit, Pa. Echa nggak kuat.” Resha menunjukkan siku kanannya yang lecet. “Tuh, Pa. Siku Echa ada darahnya.” Pria berumur tiga puluhan itu meraih lengan anaknya kemudian membersihkan bercak darah yang ada pada lukanya. Resha merasa lebih membaik setelah papanya meniup lukanya berkali-kali. Seolah sihir, entah bagaimana bisa sakitnya langsung hilang begitu saja. “Tangan Resha masih sakit, nggak?” tanya pria itu. “Enggak sakit lagi, Pa.” “Tadi katanya sakit?” Resha bungkam menatap wajah lembut papanya. Dia bingung. Tadi sebelum papanya datang luka itu terasa sangat sakit sekali, karena itulah dia menangis. Tapi setelah papanya datang sakitnya benar-benar lenyap entah bagaimana bisa. Pria itu membantu Resha berdiri setelah itu membawanya duduk ke sofa. “Resha mau papa kasih tau nggak?” Resha mengangguk polos. “Mau,” “Luka itu sebenarnya nggak sakit. Saat kamu jatuh dan terluka maka otak kamu yang akan lebih dulu merespon. Jadi kalo Resha berpikir Resha kuat saat terjatuh, rasa sakit itu nggak akan pernah ada, Nak.” Resha tidak mengerti sama sekali dengan penjelasan papanya. Dia memiringkan kepalanya karena tidak paham. “Resha ngerti maksud papa?” Dengan polosnya Resha menggeleng pada papanya. “Echa nggak ngerti, Pa.” Pria itu terkekeh geli. Merasa gemas dengan putrinya lalu mencubit pipinya. “Maksud papa, kamu harus berpikir bahwa kamu itu orang yang kuat. Jadi saat kamu terjatuh, kamu tidak akan menangis karena luka apapun.” “Echa kan masih kecil, Pa.” “Iya, Resha memang masih kecil sekarang. Tapi Resha harus berlatih untuk tidak menangis saat terjatuh dan terluka. Resha nggak boleh nangis lagi ya kalau jatuh, masa luka kecil gitu aja nangis sih?” “Tapi Pa… rasanya emang beneran sakit. Papa kalau jadi Echa pasti nangis juga.” Lagi-lagi tingkah menggemaskan Resha mampu membuatnya terkekeh geli. Pria itu lalu meraih tubuh putrinya dan membawa dalam pangkuannya. “Resha tahu nggak, nanti saat kamu sudah dewasa, akan ada banyak luka yang lebih sakit dari ini. Tapi sebelum kamu merasakannya, papa mau Resha jadi anak yang kuat.” “Kenapa Echa harus kuat? Kan ada papa yang akan nolongin Echa kalo Echa jatuh lagi terus nangis.” kata Resha. “Kamu nggak bisa berharap lebih pada siapapun Resha, termasuk papa. Bagaimanapun juga nanti akan ada saatnya papa tidak bersama kamu lagi.” Resha mendongak memandang mata papanya yang tanpa sadar mengeluarkan sedikit air mata. Menyiratkan akan luka yang bahkan belum terjadi namun dapat dirasakan. Gadis kecil itu tampak bingung pada papanya. Kenapa? “Kok papa nangis sih? Papa kan nggak jatuh kayak Echa tadi, jadi papa nggak ngerasain sakit.” Pria itu mengusap wajahnya dengan punggung tangan, baru menyadari akan sesuatu yang seharusnya tidak ia tunjukkan di depan putrinya. Lalu sebisa mungkin dia kembali menunjukkan senyum lebar pada putrinya, menyembunyikan rapuh dalam dirinya. “Sakit nggak hanya disebabkan oleh jatuh. Resha harus tahu satu hal lagi, sakit paling dalam adalah kehilangan.” “Kemarin mainan Echa hilang, Pa. Tapi Echa nggak nangis kok, karena nggak ngerasain sakit.” cerita Resha dengan polosnya. “Resha belum paham. Nanti kalau kamu sudah dewasa kamu pasti paham, Nak. Mungkin hari ini papa masih bisa nolongin kamu saat kamu jatuh. Tapi untuk kedepannya papa nggak bisa janji.” “Kenapa?” “Karena ada saatnya nanti papa harus pergi. Dan kamu nggak boleh nangis ya saat waktu itu tiba.” “Papa pergi kemana? Echa mau ikut, Pa.” “Nggak bisa sayang.” “Kenapa? Echa kan pengin sama papa terus.” gadis itu menatap papanya dengan kecewa. “Kalau gitu Echa ingat pesan-pesan papa ya. Biar nanti kalo papa udah pergi, Echa bisa inget terus sama papa.” “Echa inget papa terus kok. Echa kan sayang sama papa.” “Kalau begitu janji sama papa, Echa nggak boleh nangis lagi karena alasan papaun. Pokoknya anak papa harus jadi orang yang kuat.” Pria itu menunjukkan jari kelingkingnya. “Echa janji nggak akan nangis lagi, Pa. Echa kan kuat.” gadis kecil itu menautkan jari kelingking mungilnya dengan jari papanya. Menunjukkan sebuah janji yang harus ia tepati sampai nanti. “Masa kuat? Tadi aja abis nangis.” gurau Pria itu membuat Resha kesal. “Ah, Papa! Echa tadi kan nggak sengaja nangisnya.” alasan Resha yang membuat pria itu lagi-lagi tersenyum gemas lalu mengangguk percaya. “Iyadeh papa percaya, anak papa emang kuat.” Resha tersenyum bangga pada papanya. Pria itu mengusap lembut rambut Resha sembari berkata “Inget pesen-pesen papa ya, Nak.” Resha hanya mengangguk polos. Dia tidak pernah mengira bahwa apa yang dikatakan papanya itu akan menyakitinya suatu hari nanti. Semenjak saat itu Resha benar-benar menepati janjinya untuk tidak menangis karena alasan apapun. Resha bahkan tak menangis sedikitpun meskipun dia terjatuh dari sepeda hingga kepalanya berdarah. 10 tahun kemudian… Hari ini, setelah sepuluh tahun lamanya, Resha baru sadar semua yang pernah dikatakan oleh papanya waktu itu. Resha mengerti bagaimana sakit yang sesungguhnya. Lebih sakit dari jatuh yang membuat sikunya berdarah kala itu. Lebih sakit dari semua sakit yang pernah dia rasakan. Dan hari ini untuk pertama kalinya dia mengingkari janjinya pada papa. Resha tak akan bisa berhenti menangis setelah ini. Kehilangan papa adalah mimpi terburuk yang selalu terasa nyata. Papa telah pergi meninggalkan Resha untuk selamanya. “Kenapa papa pergi ninggalin Resha? Resha udah nepatin janji, Pa. Tapi sekarang papa sendiri yang buat Resha ingkar janji. Papa yang buat Resha nangis.” perlahan suara isak tangisnya semakin jelas. Resha tak mungkin bisa tersenyum lagi setelah ini. “Resha ayo pulang. Mama tahu kamu belum bisa menerima ini. Tapi kamu harus belajar mengikhlaskan, Nak. Papa kamu akan sedih jika melihat kamu seperti ini.” Resha menatap mamanya sekilas, lalu beralih menatap kembali batu nisan yang terukir nama papanya disana. Dadanya sesak, tidak mudah menerima kenyataan yang bahkan dia sendiri tidak menginginkannya. “Papa nggak boleh pergi Ma! PAPA NGGAK BOLEH NINGGALIN RESHA! PAPA NGGAK BOLEH PERGI! Hiks! PAPAA!! Hiks!” Hari ini, di tempat terakhir papa. Resha menangis bukan karena luka, tapi rasa kehilangan yang sakitnya tak akan pernah bisa dipulihkan. Cerpen Karangan AnitaAlfa Blog / Facebook Tidak punya Anita Alfa, lahir pada 14 Desember 2004 di Tulungagung, Jawa Timur. Pelajar putih abu-abu yang hobby membaca dan menghayal. Akun ig anitaalfaa14, Wattpad AnitaAlfa. Buat kalian yang baca ini, cuma mau bilang AYO MENYERAH, NGAPAIN SEMANGAT’ haha. Cerpen Definisi Sakit merupakan cerita pendek karangan AnitaAlfa, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Pengalamanku Tentang Covid 19 Oleh Cintya Vidya Sasikirana Assalammualaikum semuanya. Namaku Cintya. Aku akan menceritakan pengalamanku tentang Covid 19. Suatu hari romo dalam bhs jawa artinya bapak sakit. Gejalanya adalah batuk berdahak, demam. Waktu itu bude Nanik, Pertemuan Terindah Oleh Alya Firdaus Kita bertemu melalui akun sosial media yang sedang booming pada saat itu. Dia menyapaku di pesan obrolan dengan kata-kata yang sering orang lain ucapkan ketika ingin berkenalan dengan lawan Mawar dan Vas Porselen Oleh Agata CW 1 Januari 2008 Aku mengayuh sepedaku dengan kencang tak peduli walau jalan ini curam. Hari ini untuk pertama kalinya aku pergi menonton film dengan Carissa, gadis yang aku sukai. Angel Oleh Selda Arifani Di sebuah sekolah SMA terdapat seorang cewek cantik yang menjadi primadona sekolah. Dia adalah Angel, yang kini duduk di bangku kelas XI. Dia adalah anak yang pintar, dan multitalent. Program Penurunan Berat Manja Oleh Ana Rifqi Jamil Melihat aksi tanteku yang lagi sibuk kejar-kejaran dengan Ifha, putrinya yang kelas dua SD, karena susah sekali disuruh mengerjakan PR, diriku teringat pada tulisanku yang akan Anda baca ini. “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?†"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" zwUgd3.